Beberapa tahun yang lalu, Netflix menayangkan perdana acara TV berdasarkan Sihir Pembersih yang Mengubah Hidup Marie Kondo, serial yang ditayangkan selama satu musim dari delapan episode berjudul Membersihkan dengan Marie Kondo (2019).
Pada acara ini, Marie Kondo, seorang penulis dan konsultan luar angkasa dari Jepang, mengunjungi rumah orang-orang yang ingin membuat perubahan besar dengan merombak rumahnya. Melalui metode kreasinya yaitu “KonMari”, Marie Kondo akan membantu klien merapikan rumahnya dengan membuang barang-barang yang dianggap tidak berguna dan tidak memiliki nilai bagi kebahagiaan pemiliknya.

Foto oleh Denise Crew/Netflix
Serial yang dibawakan langsung oleh Marie Kondo ini kemudian berhasil menarik banyak penonton muda, tak heran acara TV ini masuk dua nominasi Emmy Awards 2019 dalam kategori tersebut. Tuan Rumah Luar Biasa untuk Program Realitas atau Persaingan DAN Program Realitas Terstruktur Luar Biasa.
Dalam perkembangannya, gaya hidup yang dipopulerkan oleh Marie Kondo diawali dengan terbitnya buku pertamanya pada tahun 2010 dan program TV yang tayang sepanjang tahun 2019, kemudian melahirkan budaya modern yang dikenal dengan gaya hidup minimalis, dimana seseorang menjalani hidup sederhana dengan mengurangi penggunaan benda-benda , yang dianggap hilang, berguna.
Kemudian gaya hidup minimalis berkembang dengan sangat cepat, munculnya arsitektur rumah dengan barang-barang yang cukup banyak menjadi latar belakang banyak film dan drama Korea, yang membuat konsep ini semakin umum. Tidak berhenti sampai di situ, memiliki tata ruang sederhana yang minim peralatan juga telah diadopsi dalam desain perumahan dan kafe di Indonesia, membuktikan bahwa anak muda saat ini secara luas menganut gaya hidup minimalis.
Seiring dengan cepatnya adaptasi gaya hidup minimalis di banyak negara, Lucky Old Year (2019) karya sutradara Thailand Nawapol Tamrongrattanarith ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia pada awal tahun 2021, yang memperkenalkan sisi lain dari budaya hidup minimalis.
Dalam Lucky Old Year, penggambaran budaya hidup minimalis yang seharusnya selalu menghadirkan kebahagiaan melalui visualisasi penataan ruang yang rapi dan minim kekacauan, dibalik dari sudut yang sangat berbeda. Penggambaran karakter Jean (Chutimon Chuencharoensukying) yang terobsesi dengan gaya hidup minimalis sepulangnya dari Swedia sebenarnya terasa begitu sulit untuk mewujudkan budaya baru karena keterkaitannya dengan benda-benda masa lalu.
Konon Jean ingin mengubah konsep rumahnya dengan desain minimalis yang mirip dengan budaya yang diwakili oleh Marie Kondo. Ia memulai itu semua dengan proses penyortiran barang di kediamannya. Situasi menjadi semakin rumit ketika Jean harus berurusan dengan ingatan yang tersimpan di benda-benda masa lalu yang harus dia singkirkan.
Sepanjang film, penonton akan disuguhkan dengan perasaan ragu-ragu Jean terhadap objek yang bernilai sentimental bagi mereka. Konflik yang dialami Jean dengan orang-orang terdekatnya, mulai dari orang tua, teman, dan mantan pacarnya, terkait dengan apa yang ingin disingkirkannya.
“Happy Old Year” secara ringkas menggambarkan gaya hidup minimalis sebagai tren yang dianggap sangat ekstrim oleh sebagian orang yang menyimpan banyak kenangan akan barang-barang yang memiliki nilai sentimental. Orang mungkin senang dengan ketenangan luasnya tata ruang, namun sebagian orang juga lebih memilih menyimpan perasaan senang dan sedih di masa lalu sebagai kenangan yang menemani sepanjang hidup hingga kini.
Pada akhirnya, setiap budaya baru memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing tergantung pola pikir orang tersebut yang menimbang gaya hidup mana yang sesuai dan menawarkan lebih banyak kebahagiaan bagi orang tersebut.
Marie Kondo mungkin hidup dengan nyaman dan senang membersihkan rumah, tetapi beberapa orang lain, seperti karakter Jean dari Lucky Old Year, akan mengalami tekanan emosional yang dalam saat mereka menjalani proses membuang barang yang penuh kenangan, seperti di judulnya, konon mengenang masa lalu adalah salah satu bentuk kebahagiaan.