Menurutnya, film Sofia Coppola berjudul Lost in Translation merupakan ketertarikan awal Brother Simpson di industri fashion. pakaian Scarlett Johansson hebat dan setelah itu Abang mulai menggali dan menemukan semuanya pakaian Dirancang oleh desainer negara Paman Sam Marc Jacobs. Dari situ, ia mulai membuka diri terhadap dunia fashion yang digelutinya selama satu dekade terakhir.
Keluarga juga berperan dalam karir fesyen Abang karena ketika masih muda, ketika ibunya diundang ke suatu acara atau sekedar berbelanja, dia selalu diundang. Selain itu, kakeknya adalah pria yang modis pada masanya, karena dia bisa pergi ke Eropa dua kali setahun hanya untuk membuat jas dan membeli sepatu. Mungkin memang darah fashion sudah mengalir di tubuh Abang bahkan sebelum dia lahir.
Sambil terus berbelanja, Abang semakin mencintai fashion. Hingga setelah lulus kuliah, ia direkrut oleh majalah Juice untuk menjadi fashion editor, yang kemudian mendapat tawaran dari Claire Magazine untuk menjadi fashion editor, yang akhirnya membawa Abang menjadi seperti sekarang ini.
Abang saat ini terlibat dalam beberapa proyek seperti Clothing Artist Attire, Thrift Shop dari Desainer Jepang dan Eropa tahun 1980-2000, Trading Room Media sebagai Pemimpin Redaksi, dan baru-baru ini menjadi Direktur Pemasaran E-Commerce Sonderlab.
Di sela-sela kesibukannya, Abang menyempatkan diri untuk berbincang sedikit mengenai clothing line terbarunya, Artist Attire, yang sudah berjalan sejak 2019. Yang menurut kami memiliki unique selling point dan value yang sangat bagus, bukan sekedar jualan baju.
Kostum artisnya sendiri, apa konsep aslinya?
Saat saya ngobrol dengan Kendra, dia ingin membuat produk kaos tapi tidak tahu harus kemana dan tidak mengerti prosesnya. Akhirnya saya membantunya karena saya melihat di Indonesia tidak ada yang seperti pakaian artis.
Saya membawa proposal Artist Attire ke partner saya yang lain dan dia tertarik. Muncul ide untuk membuat wadah bagi seniman Indonesia yang sedang naik daun atau pendatang baru untuk mengekspresikan ide mereka dalam busana siap pakai. Mengapa saya memikirkannya, saya melihat di mana merek asing mampu menggabungkan dua hal ini, seni dan fashion.
Selain Ardneck, dengan siapa Artist Attire bekerja sekarang?
Sekarang sudah lumayan banyak, kami bekerjasama dengan Harris Azka Fawzan dan terakhir Ruchi Gallery dimana kami telah membuat kaos dari lima artis yang mereka pegang yaitu Om Eddie Hara, Radhinal Indra, Satriya T. Nugraha, Utai dan Agugn.
Artist Attire mengemukakan ide kerjasama, apakah sangat menjanjikan?
Saya pikir itu sangat tergantung pada dengan siapa Anda berkolaborasi dan bagaimana caranya. Apalagi jika kerjasama dengan seseorang atau sesuatu sangat diminati, sangat menjanjikan. Masalahnya, banyak orang menganggap kolaborasi itu mudah, padahal banyak detail yang perlu diperhatikan.
Pasar apa yang dibidik oleh Artist Attire?
Ide kedua mengapa saya membuat Artist Attire bersama partner saya adalah karena kami melihat anak muda saat ini memiliki minat yang sangat tinggi terhadap seni, namun mereka belum memiliki kesempatan untuk membeli karya seniman yang mereka idolakan. Sehingga busana artis ini menjadi jembatan bagi mereka untuk tetap memiliki karya idolanya yang lebih mudah diakses.
Apa rencana Artist Attire untuk masa depan?
Tonggak sejarah kita berikutnya selesai pameran mengundang beberapa artis, termasuk yang pernah berkolaborasi dengan kami. Ada rencana ekspansi ke luar negeri karena sebelum pandemi kami juga sempat join showroom di Tokyo, dan ternyata demand disana cukup tinggi. Dimungkinkan juga untuk membuat koleksi lebih eksklusif daripada yang kami lakukan saat ini untuk membuatnya lebih dapat dikoleksi.